Catatan Pendek: Alisa (7)
( 7 ) Kamu yang Tertulis di Lauh Mahfuz Alisa berdiri di samping ranjang seorang lelaki tua. Tepat di samping ranjang terdapat banyak sekali alat bantu pernapasan, infus, dan alat-alat dokter lainnya yang tidak dia ketahui namanya. Jemarinya gemetar, dia ingin sekali menyentuh sebelah tangan lelaki tua itu, namun raganya tidak mampu. Selalu saja ada batasan yang tidak ingin dia langgar, seperti halnya melepas cadar. Rasanya, ini bukanlah saat yang tepat bagi Ahsan mengetahui identitas Faradiba yang sebenarnya. “Ahsan, saya ingin kopi,” kata Alisa. Ahsan mengangguk, lantas segera keluar ruangan untuk membeli kopi. Alisa tidak banyak berpikir lagi. Dia segera melepaskan penutup wajahnya, meletakkannya di sisi ranjang. Air matanya menitik. Jemarinya yang lentik dan lembut menyentuh sebelah tangan yang telah menua itu. Berharap lelaki di sampingnya terbangun dan menerka siapa perempuan di hadapannya. Namun, tubuh lelaki itu tidak merespon apapun. Alisa menangis lagi. Lan